PROFIL BANTEN
1. Administratif , Luas Wilayah, dan Letak Geografis.
Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 secara administratif, terbagi atas 4 Kabupaten dan 4 Kota yaitu : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota Cilegon, dengan luas 9.160,70 Km2. Letak geografis Provinsi Banten pada batas Astronomi 105º1'11² - 106º7'12² BT dan 5º7'50² - 7º1'1² LS, dengan jumlah penduduk sebesar 12.548.986 Jiwa.
Letak
di Ujung Barat Pulau Jawa memposisikan Banten sebagai pintu gerbang
Pulau Jawa dan Sumatera dan berbatasan langsung dengan wilayah DKI
Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Posisi geostrategis ini tentunya
menyebabkan Banten sebagai penghubung utama jalur perdagangan Sumatera –
Jawa bahkan sebagai bagian dari sirkulasi perdagangan Asia dan
Internasional serta sebagai lokasi aglomerasi perekonomian dan
permukiman yang potensial. Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan
Laut Jawa, sebelah Barat dengan Selat Sunda, serta di bagian Selatan
berbatasan dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini mempunyai sumber
daya laut yang potensial.
2. Topografi.
Topografi
wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 m dpl.
Secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran
rendah yang berkisar antara 0 – 200 m dpl yang terletak di daerah Kota
Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar
Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil
Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 – 2.000 m dpl dan
daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang terdapat
di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
Kondisi
topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah
atau morfologi. Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi
tiga kelompok yaitu morfologi dataran, perbukitan landai-sedang
(bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan terjal.
Morfologi
Dataran Rendah umumnya terdapat di daerah bagian utara dan sebagian
selatan. Wilayah dataran merupakan wilayah yang mempunyai ketinggian
kurang dari 50 meter dpl (di atas permukaan laut) sampai wilayah pantai
yang mempunyai ketinggian 0 – 1 m dpl.
Morfologi
Perbukitan Bergelombang Rendah - Sedang sebagian besar menempati daerah
bagian tengah wilayah studi. Wilayah perbukitan terletak pada wilayah
yang mempunyai ketinggian minimum 50 m dpl. Di bagian utara Kota
Cilegon terdapat wilayah puncak Gunung Gede yang memiliki ketingian
maksimum 553 m dpl, sedangkan perbukitan di Kabupaten Serang terdapat
wilayah selatan Kecamatan Mancak dan Waringin Kurung dan di Kabupaten
Pandeglang wilayah perbukitan berada di selatan. Di Kabupaten Lebak
terdapat perbukitan di timur berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi dengan
karakteristik litologi ditempati oleh satuan litologi sedimen tua yang
terintrusi oleh batuan beku dalam seperti batuan beku granit,
granodiorit, diorit dan andesit. Biasanya pada daerah sekitar terobosaan
batuan beku tersebut terjadi suatu proses remineralisasi yang
mengandung nilai sangat ekonomis seperti cebakan bijih timah dan
tembaga.
3. Hidrologi dan Klimatologi.
Potensi
sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di Kabupaten
Lebak, sebab sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung
dan hutan produksi terbatas.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi enam DAS, yaitu :
- DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);
- DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;
- DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang;
- DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang;
- DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon;
- DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
Tata
air permukaan untuk wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada
sumber daya air khususnya sumber daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan
Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) yang telah di identifikasi, yang
bersifat lintas kabupaten maupun kota, antara lain CABT Labuan, CABT
Rawadano dan CABT Malingping dan lintas propinsi, meliputi CABT Serang –
Tangerang dan CABT Jakarta.
Potensi dari masing-masing satuan cekungan air bawah tanah ini, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Labuan
CABT
Labuan ini mencakup wilayah Kabupaten Pandeglang (± 93 %) dan Kabupaten
Lebak (± 7 %) dengan luas lebih kurang 797 km2. Batas cekungan air
bawah tanah di bagian barat adalah selat Sunda, bagian utara dan timur
adalah batas pemisah air tanah dan di bagian selatan adalah batas tanpa
aliran karena perbedaan sifat fisik batuan. Jumlah imbuhan air bawah
tanah bebas (air bawah tanah pada lapisan akuifer tak tertekan/akuifer
dangkal) yang berasal dari air hujan terhitung sekitar 515 juta
m3/tahun. Sedang pada tipe air bawah tanah pada akuifer tertekan/akuifer
dalam, terbentuk di daerah imbuhannya yang terletak mulai elevasi di
atas 75 m dpl sampai daerah puncak Gunung Condong, Gunung Pulosari dan
Gunung Karang;
b. Satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Rawadano
CABT
Rawadano mencakup wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang,
dengan total luas cekungan lebih kurang 375 km2. Batas satuan cekungan
satuan air bawah tanah ini di bagian utara, timur dan selatan berupa
batas pemisah air bawah tanah yang berimpit dengan batas air permukaan
yang melewati Gunung Pasir Pematang Cibatu (420 m), Gunung Ipis (550 m),
Gunung Serengean (700 m), Gunung Pule (259 m), Gunung Kupak (350 m),
Gunung Karang (1.778 m), Gunung Aseupan (1.174 m) dan Gunung Malang (605
m). Sedang batas di bagian barat adalah Selat Sunda.
Berdasarkan
perhitungan imbuhan air bawah tanah, menunjukkan intensitas air hujan
yang turun dan membentuk air bawah tanah di wilayah satuan cekungan ini
sejumlah 180 juta m3/tahun, sebagian diantaranya mengalir dari lereng
Gunung Karang menuju Cagar Alam Rawadano sekitar 79 m3/tahun. Sedang
air bawah tanah yang berupa mata air pada unit akuifer volkanik purna
Danau yang dijumpai di sejumlah 115 lokasi menunjukkan total debit
mencapai 2.185 m3/tahun. Sementara itu pada unit akuifer volkanik Danau
pada 89 lokasi, mencapai debit 367 m3/tahun. Total debit dari mata air
keseluruhan sebesar 2.552 m3/tahun;
c. Satuan Sub Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Serang – Cilegon
Satuan
sub cekungan ini merupakan bagian dari CABT Serang – Tangerang, yang
secara administratif termasuk dalam wilayah Kota Serang, Kabupaten
Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang, dengan luas wilayah
sekitar 1.200 km2. Batas satuan cekungan ini di bagian utara adalah laut
Jawa, bagian timur adalah K.Ciujung, bagian selatan merupakan batas
tanpa aliran dan bagian barat adalah Selat Sunda.
Dari
hasil perhitungan neraca air menunjukkan jumlah imbuhan air bawah tanah
di wilayah satuan cekungan ini sebesar 518 juta m3/tahun, sedang jumlah
aliran air bawah tanah pada tipe lapisan akuifer tertekan sekitar 13
m3/ tahun, berasal dari daerah imbuhan yang terletak di sebelah utara
dan barat daya yang mempunyai elevasi mulai sekitar 50 m dpl.
d. Satuan Sub Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Tangerang
Satuan
sub cekungan ini mencakup wilayah Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang,
Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak dan sebagian Kabupaten Bogor (Provinsi
Jawa Barat), dengan total luas sekitar 1.850 km2. Batas sub cekungan
ini di sebelah Utara adalah Laut Jawa, bagian timur adalah Kali
Cisadane, bagian Selatan yang merupakan kontak dengan lapisan nir
akuifer, serta bagian barat adalah Kali Ciujung.
Jumlah
imbuhan air bawah tanah di seluruh sub CABT Tangerang sekitar 311 juta
m3/tahun, sedangkan jumlah aliran air bawah tanah tertekan terhitung
sekitar 0,9 juta m3/tahun.
Iklim
wilayah Banten sangat dipengaruhi oleh Angin Monson (Monson Trade) dan
Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim penghujan (Nopember - Maret )
cuaca didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera, Samudra Hindia
sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang
melewati Laut Cina Selatan. Agustus), cuaca didominasi oleh angin Timur
yang menyebabkan wilayah Banten mengalami kekeringan yang keras terutama
di wilayah bagian pantai utara, terlebih lagi bila berlangsung El Nino.
Temperatur di daerah pantai dan perbukitan berkisar antara 22º C dan
32º C, sedangkan suhu di pegunungan dengan ketinggian antara 400 –1.350 m
dpl mencapai antara 18º C –29º C.
Curah
hujan tertinggi sebesar 2.712 – 3.670 mm pada musim penghujan bulan
September – Mei mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Pandeglang sebelah
barat dan curah 335 – 453 mm pada bulan September – Mei mencakup 50%
luas wilayah Kabupaten Serang sebelah Utara, seluruh luas wilayah Kota
Cilegon, 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah utara dan seluruh
luas wilayah Kota Tangerang. Pada musim kemarau, curah hujan tertinggi
sebesar 615 – 833 mm pada bulan April – Desember mencakup 50% luas
wilayah Kabupaten Serang sebelah utara, seluruh luas wilayah Kota
Cilegon, 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah utara dan seluruh
luas wilayah Kota Tangerang, sedangkan curah hujan terendah pada musim
kemarau sebanyak 360 – 486 mm pada bulan Juni – September mencakup 50%
luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah selatan dan 15% luas wilayah
Kabupaten Serang sebelah Tenggara.
4. Kemiringan
Kondisi kemiringan lahan di Provinsi Banten terbagi menjadi tiga kondisi yang ekstrim yaitu:
- Dataran yang sebagian besar terdapat di daerah Utara Provinsi Banten yang memiliki tingkat kemiringan lahan antara 0 – 15%, sehingga menjadi lahan yang sangat potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai kemiringan ini tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan dibangun untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya tersebar di sepanjang pesisir Utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian Kabupaten Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir Selatan dari Pandeglang hingga Kabupaten Lebak;
- Perbukitan landai-sedang (kemiringan < 15% dengan tekstrur bergelombang rendah-sedang) yang sebagian besar dataran landai terdapat di bagian utara meliputi Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta bagian utara Kabupaten Pandeglang;
- Daerah perbukitan terjal (kemiringan < 25%) terdapat di Kabupaten Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan Kabupaten Serang.
Perbedaan
kondisi alamiah ini turut berpengaruh terhadap timbulnya ketimpangan
pembangunan yang semakin tajam, yaitu wilayah sebelah utara memiliki
peluang berkembang relatif lebih besar daripada wilayah sebelah Selatan.
5. Jenis Tanah
Sumber
daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe
tanah yaitu: (a) kelompok tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok
tipe tanah hasil angkutan. Secara umum distribusi dari masing-masing
tipe tanah ini di wilayah Propinsi Banten, terdapat di Kabupaten Serang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang terdapat di
wilayah tersebut antara lain: 1. aluvial pantai dan sungai; 2.
latosol; 3. podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6. brown
forest; 7. glei.
6. Geologi
Struktur
geologi daerah Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat
ketebalan dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200 – 800 meter dan
tebal keseluruhan diperkirakan melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik
merupakan satuan tertua berusia Miosen akhir, batuannya terdiri dari
perselingan antara batu pasir dan lempung pasiran, batu gamping, batu
pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit, umurnya diduga Pliosen
awal. Berikutnya adalah Formasi Cipacar yang terdiri dari tuf batu apung
berselingan dengan lempung tufaan, konglomerat dan napal glaukonitan,
umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini adalah Formasi
Bojong yang terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping
kokina dan tuf.
Banten
bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan
terobosan dan Alluvium yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen,
satuan tertua daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen.
Formasi
Bayah terdiri dari tiga anggota yaitu Anggota Konglomerat, Batu Lempung
dan Batu Gamping. Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi
Cijengkol, Formasi Citarate, Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi
Badui, Formasi Cimancuri dan Formasi Cikotok.
Batuan
Gunung Api dapat dikelompokan dalam batuan gunung api tua dan muda yang
berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai
bersusunan andesiot sampai basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava
Halimun dan batuan gunung api Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar
disajikan pula singkapan batuan metamorf yang diduga berumur Ologo
Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit yang tersingkap di bagian
utara tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur Miosen tengah
hingga akhir, Dasit dan Andesit berumur Miosen akhir serta Basal berumur
kuarter.
Batuan
endapan termuda adalah aluium dan endapan pantai yang berupa Kerikil,
pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur pecahan moluska
atau kerang kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.
Sumber : Dokumen RPJM Prov. Banten Tahun 2007 - 2012
Share :